Baru juga sebentar
“Allah never promised this life would be easy, but He did promised that He would be with you every step of the way.”
Sepulangnya mereka dari pantai, malam itu mereka memutuskan untuk berbelanja kebutuhan rumah dan berencana ingin memasak bersama setelah ini. Namun setelah tiba di rumah, mereka dikejutkan dengan keberadaan Sandra. Mama Bintang yang sedang menunggu mereka di teras rumah dengan sebuah kotak kecil ditangannya.
“Mama? Dari tadi ya? Kenapa ga nelpon Alia aja?” Tanya Alia yang memanggil wanita itu dengan sebutan ‘mama’ karena memang mereka sudah se-dekat itu.
“Ngga kok, mama baru aja dateng.”
“Yaudah yuk masuk aja, ma.”
“Ya Allah… Rumah kalian bagus sekali nak.”
“Alhamdulillah ma. Oiya duduk dulu ya, Alia buatin minum dulu.”
“Gausah nak, mama cuma sebentar. Jadi tujuan mama datang kesini karena mau ngucapin terima kasih untuk kalian karena udah membantu penangkapan pelaku pembunuhan Bintang, mama ga tau lagi gimana kalau ga ada kalian. Harriz, Alia, Terima kasih ya sudah membantu mama.” Ucap Sandra yang menjelaskna tujuannya datang ke rumah Harriz dan Alia malam itu dengan seseukan mengingat kepergian putri semata wayangnya.
“Itu sudah kewajiban kami ma, Bintang udah Alia anggap sebagai adik Alia. Lagian… Ini semua juga karena Alia ma.” Jawab gadis itu seraya menundukkan kepalanya.
“Ngga, ini sudah takdir nak. Jangan pernah menyalahkan diri sendiri diatas takdir yang sudah Allah tetapkan.” Jawab Sandra.
“Mama masih ada kamu, jangan bosen-bosen ya main ke rumah mama.”
“Iya ma, Alia akan usahain untuk selalu jengukin mama.”
“Oh iya, tadi sebelum kalian datang mama lihat kotak ini di meja depan. Disini ngga ada nama pengirim, tapi di surat kecil ini tertulis untuk tuan Harriz.” Ucap Sandra seraya memberikan kotak itu pada Harriz.
“Terima kasih, mungkin ini dari klien.” Jawab Harriz saat menerima kotak itu.
“Yaudah kalau gitu mama pamit ya. Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam, hati-hati ma.”
“Kak, aku mau buat coklat panas dulu ya.”
“Iya, nanti saya nyusul.”
Perlahan Harriz membuka kotak kecil itu, hanya ada sebuah flashdisk berwarna merah disana.
“Ini apa?” Ia terus bertanya-tanya pada dirinya sendiri, namun perlahan ia membuka laptopnya dan betapa terkejutnya ia melihat apa isi dari flashdisk itu.
Prang!!!
Gelas yang Alia bawa terjatuh dan pecah menjadi berkeping-keping sehingga membuat Harriz terkejut dengan suara itu.
“K-kak…” Gadis itu perlahan mendekati Harriz dan berlutut dihadapannya.
“Kak... That's not what i want.”
“Aku dipaksa kak...”
Harriz mengusap wajahnya dan membuang napasnya dengan kasar, tangannya mengepal dan segara pergi mengambil kunci mobilnya.
“Kak!!”