Pantai, Senja dan Prince
Alia masih terduduk didepan kaca meja riasnya, memandang wajahnya yang memperlihatkan kelopak matanya yang membengkak dan bagian bawah matanya yang hitam.
Perasaan Harriz seperti teriris melihat keadaan Alia yang kacau. Tubuh Alia terlonjak saat seseorang tiba-tiba memeluknya dari arah belakang. Gadis itu kembali memperhatikan pantulan wajahnya dari cermin.
“Kak…” Lirih Alia saat melihat Harriz yang juga nampak pada pantulan cermin miliknya, tubuhnya menghangat ketika Harriz mempererat pelukannya dan menyembunyikan wajahnya tengkuk leher Alia.
“Jangan menangis lagi ya.” Ucap Harriz dengan suara yang bergetar. Alia yang sadar jika Harriz menangis karena bajunya basah.
Terdengar sesegukan kecil dari Harriz yang membuat Alia merasa terkejut, ini pertama kalinya ia melihat Harriz menangis. Alia membalikkan tubuhnya dan mengangkat kepala Harriz dengan kedua tangannya,benar saja, mata pria itu memerah dan pipinya terlihat basah. Tapi kenapa pria itu menangis? Prtanyaan itu terus muncul dipikiran Alia.
Gadis itu menghapus air mata Harriz dengan lembut sembari tersenyum, senyuman yang selalu menjadi favorit Harriz.
“Kenapa nangis?” Tanya Alia yang menuntun Harriz untuk duduk di kasur dan melakukan deep talk.
Pria itu tak menjawab pertanyaannya, ia justru menggelengkan kepalanya, “Ya Allah, gemes banget suamiku.” Batin Alia seraya memeluk suaminya itu.
“Kak, kamu lucu kalau lagi nangis gini…” Bisik Alia di telinga Harriz.
“Maaf ya kak.” Tambahnya.
“Jangan sedih lagi ya.” Jawab Harriz seraya menghapus air matanya.
“Iya, Alia minta maaf ya.” Ucap gadis itu dan kembali memeluk Harriz.
Harriz menggenggam tangan Alia dan mengambil kunci mobilnya, entah ia ingin membawa gadis itu kemana, “ Kak, kita mau kemana?” Tanya Alia.
“Pantai, kamu suka pantai dan sunset kan.”
“Selain pantai dan sunset, aku juga suka sama…”
“Siapa?” Tanya Harriz yang membuat alis tebalnya saling bertaut dan menoleh ke arah Alia.
“Prince. Pantai, senja dan Prince akan selalu menjadi favorit Alia.” Ucap gadis itu seraya menyandarkan kepalanya di bahu Harriz dan menikmati matahari senja saat perjalanan menuju pantai.
***
“Kak, serius ini?”
“Kenapa? Tidak suka?”
“Kok aku baru tau sih ada tempat seindah ini?!!”
“Makasih udah ngajak Alia kesini ya kak!!” Ucap gadis itu.
Harriz tersenyum seraya mengambil kamera analog miliknya dan memotret Alia yang terlihat sagat bahagia sore itu, merasa seperti semua masalah dan kesedihannya telah menghilang.
“Kak, duduk disitu yuk.” Ajak Alia pada Harriz untuk duduk di tepi pantai dengan pasir putih yang lembut itu.
Seraya menikmati udara pantai dan melihat cahaya merah yang mulai terbentang diufuk barat, kedua insan itu dikejutkan dengan sepasang kekasih yang juga berada di sana.
“Sayang! Kamu tau ga, dapetin kamu tuh kaya lagi bersin tau.” Ucap kekasihnya.
“Hah? Maksud kamu aku ini debu?!”
“Bukan. Dapetin kamu tuh kaya bersin, Alhamdulillah.”
“Aaaaa kamu bisa aja!!”
“Aku mau gombal lagi.”
“Sok.”
“Ga jadi.”
“Ha?”
“Kamu cocoknya diseriusin, bukan cuma digombalin.”
“Nikah yuk.”
“Besok aku ke rumah kamu sama mama papa ya.”
“So sweet banget sih!!!”