Bunga untuk Bintang
“Moon!!!” Teriak Bintang saat melihat Alia yang sedang menunggunya di bangku taman fakultas Alia. Gadis itu terlihat mengenakan white Coat, terlihat sangat cantik dengan balutan hijab berwana coklat susu.
“Star!!” Sapa Alia saat melihat kedatangan sahabatnya itu.
“Lo udah lama nungguin gue?”
“Udah setahun gue nunggu tau ga!”
“Maaf moon.”
“Gue bercanda, gausah nangis.”
“Ngapain juga gue nangis, wleee.” Ujar Bintang seraya menjulurkan lidahnya ke arah Alia.
Kedua gadis itu saling mengejar satu sama lain, terlihat sangat bahagia dan tak ada beban apapun, ini adalah kali pertama mereka kejar-kejaran setelah sekian lama tak bertemu.
“Gue capek moon!” Ucap Bintang sembari mengatur napasnya.
“Gue juga!”
“Yaudah langsung ke tempat latihan aja yuk.” Ucap Alia.
“Yuk, gue penasaran deh pengen lihat Key latihan.” Jawab Bintang. Ya, mereka memang saling kenal semenjak Alia pindah sekolah waktu itu, Bintang juga menjadi akrab dengan Keyla dan Adisti.
***
“Wah, tempat latihannya gede juga ya star.” Ujar Bintang saat tiba di tempat latihan Keyla.
“Itu Key.”
“Key!!”
“Alia! Bintang!” Sapa Keyla.
“Gue kangen key!!” Ucap Bintang seraya memeluk Keyla.
“Aku juga kangen!”
“Keyla, udah waktunya latihan.” Panggil seseorang yang juga mengenakan pakaian untuk latihan memanah seperti Keyla.
“Aku kesana dulu ya Bintang, Alia .”
“Iya, semangat key!!”
Kedua gadis itu sangat asyik melihat orang-orang yang ramai berlatih memanah sampai saat dimana Alia merasa haus dan ingin meninggalkan tempat itu. Dengan sedikit rasa kecewa, Bintang juga ikut meninggalkan tempat itu.
“Ayolah moon, gue masih pengen disini.”
“Gue aus star, kalo gamau ikut tunggu disini aja.”
“Ga ah, gue ikut lo aja.”
“Eh kita buat video gitu yuk.”
“Oke, lo di belakang, gue di depan.”
“Lo jalan mundur, terus gue pegangin tangan lo ya star.”
“Iya bawel.”
Alia sedang asik mengambil gambar tangannya dan tangan Bintang, namun saat bintang berhenti dan memeluk badannya dari belakang, sehingga membuat orang-orang disana menjerit melihat apa yang terjadi. Bintang terkena anak panah, gadis itu mencoba menyelamatkan Alia saat ia melihat Keyla mengarahkan anak panahnya pada sahabatnya itu.
“STAR!!” Jerit Alia saat melihat Bintang yang sudah berlumuran darah.
“Mba tolongin teman saya! Tolong!!” Teriak Alia.
***
“Star, bangun anjir! Ga lucu woy!” Ucap Alia saat Bintang didorong menggunakan brankar. Terlihat dokter yang masih menyumbat aliran darah yang terus mengalir dari punggung Bintang.
“Tunggu disini ya mba, biar dokter yang menangani pasien.” Ucap seorang perawat sebelum menutup pintu ruang operasi.
“Kenapa harus Bintang sih!! Kenapa bukan gue aja!”
“Humairah!” Panggil Harriz.
“Kak, Bintang kak!!” Ucap Alia seraya memeluk tubuh Harriz.
“Jangan menangis ya, Bintang pasti sembuh. Bintang kan kuat seperti kamu.” Ucap Harriz yang mencoba untuk menenangkan Alia, ia mengusap punggung wanita itu dengan lembut.
“Alia!” Panggil Dion, Leon dan Adisti yang baru saja tiba disana.
“Bintang gimana Al?” Tanya Adisti.
Alia tak menjawab, ia hanya menggelengkan kepalanya seraya menunduk.
Tak lama kemudian, dokter keluar dari ruang operasi sembari melepas surgical gloves dari tangannya yang penuh dengan darah.
Dokter itu tak mengatakan apapun, ia hanya menggelengkan kepalanya menandakan bahwa Bintang sudah tak ada.
“Dokter jangan bercanda dong! Sahabat saya kuat tau! Dia ga mungkin pergi!!” Tangisnya pecah saat itu juga.
“Anak panah yang melesat di bagian dada Bintang juga menembus Epikardium sehingga jantungnya bocor, kalau saja pasien cepat dibawa ke rumah sakit mungkin masih bisa diselamatkan, mungkin ini adalah takdir yang Maha Kuasa. Tugas kita sekarang hanyalah berdoa untuk sahabatmu.” Ucap dokter tersebut yang menjelaskan tentang kematian Bintang.
Tubuh Alia lemas, gadis itu terjatuh di lantai dan tak sanggup lagi menahan air mata dan amarahnya.
“Keyla!! Lo pembunuh sahabat gue!!!”
***
“Alia udah dong, jangan nangis terus nanti Bintang juga sedih kalau lihat kamu nangis kaya gini.” Ucap Adisti yang menenangkan Alia.
“Sayang, sudah ya. Ikhlaskan kepergian Bintang.” Ucap Harriz yang juga ikut menenangkan Alia.
“Star, bunda udah ninggalin gue. Sekarang lo juga?”
“Nak, ikhlaskan Bintang ya. Ini tadi dia sempat menitipkan ini sama mama, katanya oleh-oleh untuk sahabatnya yang paling cantik. Mama kasih kalau Bintang udah ga di rumah lagi, mama kira udah ga di rumah yang dia maksud adalah saat dia udah balik ke rumah neneknya lagi. Ternyata ini maksud Bintang yang sebenarnya.” Ucap Sandra, mama Bintang yang mencoba menahan tangisnya di depan makam putri satu-satunya itu.
“Gue ga butuh oleh-oleh lo star, gue cuma butuh lo...”
“Kemarin katanya mau gue temenin buat beli hijab baru, ayo gue temenin star...” Alia masih saja menangis mengingat semua yang dikatakan oleh Bintang beberapa waktu lalu sebelum kepergiannya.
“Ini juga ada bunga mawar putih, lo nyuruh gue beli ini kemarin buat gue tabur di makam lo ternyata...”