Tentang Setelahnya
Alia memainkan ibu jarinya sembari menunggu kedatangan Harriz di sebuah cafe yang selalu ia datangi saat pulang bekerja. Ia masih tak percaya dengan jalan hidupnya saat ini, sangat tiba-tiba pria itu datang dalam kehidupannya. Ia berpikir apakah ini adalah jawaban dari semua doa-doa bundanya?
“Assalamualaikum, Alia.” Suara yang lembut membuat gadis itu membalikkan badannya.
“Waalaikumsalam.” Jawabnya.
“Maaf ya, saya telat. Tadi kak Jihan ngurusin Khaira sebentar.”
“Gapapa kak, Alia juga baru dateng kok.” Ucapnya.
“Silahkan duduk kak Harriz, kak Jihan.”
“Masya Allah, Riz. Ini yang namanya Alia? Cantik banget.” Ucap Jihan.
“Makasih kak.” Timpal Alia seraya tersenyum menanggapi Jihan.
“Kakak mau pesan apa? Biar Alia yang mesen.”
“Apa aja, Al.” Ucap Jihan yang membuat gadis itu beranjak dari duduknya dan berjalan menuju meja bar di cafe itu.
“Riz, kamu ketemu Alia dimana? Cantik banget loh dia, kelihatannya juga dia anak baik-baik. Auranya positif banget, kakak suka deh.” Ucap Jihan.
“Ceritanya panjang kak.”
“Kamu mah kebiasaan.”
“Jadi, apa Alia langsung aja?” Ucap Alia saat ia kembali ke tempat duduknya.
“Boleh, silahkan.”
“Sebelumnya maaf ya kak, kalau Alia ngasih jawabannya sampai memakan waktu kaya gini. Sebenarnya Alia bingung sekaligus kaget waktu pertama kali ustadzah Aisyah ngomong sama Alia tentang kak Harriz. Dan lebih kagetnya lagi waktu kalian datang ke rumah malam itu. Kak, Alia sudah yakin dengan jawaban Alia saat ini setelah melakukan banyak cara untuk bisa meyakinkan diri. Alia menerima kakak, karena Alia yakin kak Harriz datang di kehidupan Alia ini bukan dengan sengaja melainkan karena sudah ditakdirkan sebelumnya. Alia mau berterima kasih karena kak Harriz sudah memilih Alia, tapi maaf kalau sekiranya kedepannya Alia banyak kekurangan dan kelemahannya.” Ucap Alia yang membuat hati Harriz menghangat.
“Alhamdulillah, terima kasih ya Alia. Saya ngga tau harus berkata apa lagi, tentang ucapan kamu sebelumnya, saya juga banyak kekurangan dan kelemahannya. Saya harap kedepannya kita bisa saling melengkapi dan saling mendukung satu sama lain. Sekali lagi, terima kasih, Humairah.”
“Alhamdulillah... Kakak jadi seneng dengernya. Semoga dilancarkan ya, kakak doakan yang terbaik untuk kalian pokoknya. Khaira udah ga sabar pengen punya sepupu ya nak ya.” Ucap Jihan seraya melihat ke arah Khaira yang berada di baby stroller.
“Kak...” Ucap Harriz pada Jihan.
“Halo Khaira... Kak, Alia boleh gendong?” Tanya Alia.
“Boleh dong.” Ucap Jihan sembari memberikan Khaira pada Alia.
“Oh iya, kamu udah kelas tiga SMA ya? Nanti mau ngambil jurusan apa, Al?” Tanya Jihan.
“Rencananya, Alia mau ngambil jurusan kedokteran kak.”
“Wah sama-sama dokter dong nih.”
“Kira-kira nikahnya kapan?” Ucap Jihan.
“Alia serahin sama kak Harriz aja semuanya, kak.” Jawab Alia.
“Yang penting kalian sudah benar-benar siap ya, pernikahan itu bukan untuk main-main. Harus dipikirkan matang-matang dulu.” Ucap Jihan.