Nasihat calon mertua?

“Assalamualaikum, Alia?” Ucap ustadzah Aisyah saat memasuki ruang rawat bunda Alia.

“Waalaikumsalam ustadzah, silahkan duduk.” Jawab Alia, saat melihat ustadzah Aisyah memasuki ruangan itu, ia segera mencium tangannya.

“Kamu sendirian jagain bunda kamu?” Tanya ustadzah Aisyah.

“Iya ustadzah.” Jawabnya dengan senyuman yang tak dapat diartikan.

Ustadzah Aisyah yang merupakan sarjana psikologi jelas mengetahui ada yang disembunyikan oleh gadis berparas cantik dihadapannya itu.

“Nak, Alia, ustadzah tau kita baru saja kenal. Tapi anggap ustadzah sebagai ibu kamu juga ya. Kamu bisa cerita apa saja saat kamu memilih memendam semuanya sendiri, itu ngga baik buat kesehatan mental kamu.”

“Dan saya akan selalu siap mendengar semua cerita kamu, masalah apapun yang sedang kamu alami, jangan pernah sungkan untuk bercerita.”

“Makasih banyak ustadzah, tapi Alia gamau merepotkan orang lain dengan bercerita tentang semua masalah Alia.”

“Panggil umi aja mulai sekarang ya. Kamu udah umi anggap sebagai anak sendiri, entah insting apa saat pertama kali kamu memasuki ruangan umi waktu itu, saat umi melihat wajah kamu, umi merasa bahwa ada satu perasaan yang membuat umi menjadi sayang sama kamu nak.”

“Aku merasa gagal sebagai anak, umi. Bunda selalu bekerja banting tulang untuk mencari biaya sekolahku. Tapi kemarin malam, ayahku datang dan merusak sepatu yang dibeli bunda untuk aku pakai ke sekolah.”

“Dan tadi malam, aku mendapat satu fakta bahwa ayahku selama ini bukan ayah kandungku.”

Pernyataan Alia benar-benar membuat perasaan ustadzah Aisyah teriris. Se-sengsara inikah hidup calon menantunya?

“Alia, umi boleh nanya?”

“Iya umi, boleh.”

“Kenapa kamu memilih untuk tidak menggunakan hijab?”

Alia hanya tersenyum miris mendengar pertanyaan ustadzah Aisyah “Sejak kecil aku ga pernah diajarkan tentang agama, bahkan ayah ga pernah mengimami aku dan bunda saat shalat.”

“Dan sampai sekarang, Alia iri melihat teman-teman Alia yang selalu berkumpul dengan keluarganya saat lebaran.”

“Alia berdosa umi, sudah melalaikan kewajiban Alia sebagai muslimah. Alia mau memperbaiki diri, tapi gatau mulai darimana.”

“Alia, Islam menempatkan posisi kita wanita sangat agung. Dan dengan selembar kain sederhana ini, kita bisa terjaga. Baik itu dari kejahatan dunia, dan Inshaa Allah juga kepedihan di akhirat nanti karna kita bisa menjaga diri kita dengan menutup aurat.”

” Selagi kamu mau berubah, Inshaa Allah kamu akan diberikan kemudahan oleh Allah dalam memperbaiki diri. Kita coba ya nak, tenang aja ada umi.”

“Makasih umi. Bantu Alia untuk berubah” Ucap gadis itu seraya memeluk wanita paruh baya didepannya.

“Inshaa Allah, nak.”