Masuk pondok

Malam itu pukul 11.55 seorang gadis baru saja membuka gagang pintu rumahnya yang menampakkan sang ayah dan bunda yang terduduk di kursi ruang tamu rumahnya.

“Duduk.” Tegas sang ayah.

” Jadi ini yang kamu lakukan kalau ayah tidak ada di rumah? Club, kamu dari club kan? Sudah berani ya kamu!!” Ucap ayahnya yang hendak menampar wajah gadis itu, namun ia ditahan oleh bundanya. Gadis itu hanya bisa tertunduk.

“Kemasi barang kamu.” Kalimat yang keluar dari bibir ayahnya sukses membuatnya mengangkat kepala.

“K-kenapa Yah?” Iya bertanya dengan gugup.

“Ayah sudah mendaftarkan kamu di pondok pesantren milik sahabat ayah.” Kalimat demi kalimat yang ayahnya lontarkan benar-benar membuatnya keringat dingin.

“Yah aku mohon jangan...Aku janji ga akan ke club lagi. Kuliahku juga gimana Yah?” Ucapnya sambil meneteskan air mata.

“Lebih baik kamu belajar ilmu agama dulu, kamu bisa cuti kuliah dan fokus untuk memperbaiki diri di dalam pondok pesantren.” Tegas sang ayah.

Alia, gadis itu menggelengkan kepalanya dan masih dibanjiri dengan air mata “ Aku gamau ayah...Gamau.”

“Kamu tau kan konsekuensi kalau tidak mendengar perkataan ayah dan bunda?.” Damn, gadis itu sukses membeku saat mendengar ucapan ayahnya.

“Tapi Yah ak-” Ucapannya terpotong oleh ayahnya.

“Ga ada tapi tapian, besok barang-barang kamu harus sudah siap.” Ucap sang ayah

“Ayah...Maaf aku ga akan ke club lagi, aku janji bakal dengerin semua kata bunda sama ayah, aku ga akan bandel lagi Yah..” Ucapya membela diri.

“Sekarang masuk kamar, tidur.”

“Ayah..” Lirihnya.

“Tidur!” Final sang ayah.