Maaf Bunda...

Setelah mengirim pesan pada bundanya, Alia segera bergegas ke sebuah tempat dimana ia bekerja. Bermain, alasan yang selalu ia gunakan untuk berbohong pada sang ibu.

Ia bekerja sebagai pegawai di toko swalayan milik keluarga sahabatnya, Bintang.

“Untung aja ga telat.” Ucapnya setelah sampai didepan toko yang terbilang cukup besar tersebut.

Setelah berjam-jam ia bekerja, malam itu pukul 22.15 ia segera membereskan toko itu dan memilih untuk singgah di sebuah coffe shop yang tak jauh dari rumahnya sebelum ia pulang.

“Mba, americano 8 shot espresso satu ya.” Pernyataannya itu sukses membuat pelayanan cafe didepannya terbelalak.

“Kakaknya ngga bercanda kan?” Tanya pelayanan cafe didepannya.

“Saya serius mba.” Jawabnya

“Sama Red Velvet cake satu, saya mau bawa pulang.”

“Baik kak, ditunggu sebentar ya..” Ucap pelayanan cafe itu.


Pukul 23.10 ia sampai di rumahnya.

“Bunda? Bunda dimana? Aku bawa Red Velvet cake kesukaan bunda...” Ucapnya saat pertama kali memasuki rumahnya yang sederhana.

” Darimana kamu?!” Suara yang ia kenal, membuatnya seketika ketakutan.

“a-ayah....” Batinnya.

“Jawab saya!!” Bentak ayahnya.

“A- aku abis main ayah.” Jawabnya dengan kepala yang tertunduk.

“Mau jadi pelacur kamu?! Anak perempuan pulang jam segini!” Ucapan yang keluar dari mulut ayahnya benar-benar membuat hatinya remuk.

“JAGA UCAPANMU HENDRI!!” Bentak Yasmin, Ibunda Alia.

“Memang benar kan?! Selama saya tidak di rumah kamu menyuruh anak ini untuk mengikuti jejak kamu!” Kedua insan yang berada didepannya benar-benar membuat kepalanya sakit.

“Udah nak, ga usah didenger ya. Ikut bunda aja kita istirahat.” Ucap sang Bunda.

“Ga berguna kalian ini!” Teriak Hendri yang kemudian mengambil sebuah kotak sepatu yang berada di dalam lemari Alia.

“Ini sudah tidak berguna lagi! Lagian kamu mau jadi wanita malam kan?! Ga ada gunanya lagi kamu sekolah!” Ucapnya sambil memotong sebuah sepatu baru di depan kedua wanita itu.

“AYAH JANGAN!!” Jerit Alia saat melihat sepatu yang dibeli oleh bundanya dengan susah payah. Namun terlambat, sepatu itu sudah benar-benar rusah dan tak layak lagi untuk digunakan.

Setelah merusak sepatu Alia, Hendri segera pergi dari rumah itu dengan perasaan yang sangat marah dan membanting pintu rumah itu.

“Bunda...” Lirihnya saat memegang sepatu itu.

“Sabar ya nak, bunda akan berusaha lagi untuk membelikan kamu sepatu.” Ucap sang bunda yang tak kalah sedih. Hatinya sangat sakit melihat anaknya yang selalu diperlakukan oleh suaminya yang merupakan seorang pemabuk.

“Maaf bunda..” Tangisnya dipelukan bundanya.

“Gapapa nak, kamu harus kuat ya biar bunda juga semangat untuk mencari nafkah buat kamu.” Ucap Yasmin.