Kenapa Aku?
Sore itu, saat Alia sudah bersiap untuk berangkat bekerja ia mendapat pesan dari Bintang untuk cuti sehari dari pekerjaannya dan beristirahat. Namun gadis itu tak bisa jika harus tidak bekerja sehari pun. Ia merasa tak enak hati pada bundanya yang harus bekerja keras walaupun usianya sudah tak muda lagi.
Ia bergegas keluar rumah dan berniat untuk mencari pekerjaan sampingan lainnya, namun tak kunjung ia dapatkan. Kakinya sudah lelah untuk melangkah dan memilih untuk duduk dibawah pohon di sebuah taman. Dan mungkin, takdir sedang berpihak pada gadis itu.
“Dicari, akhwat yang ingin bekerja di pondok pesantren yang bertugas untuk menyiapkan makanan bagi santriwati.”
“Alhamdulillah! Rejeki anak soleha.” Ucapnya begitu girang saat membaca poster itu.
Dengan penuh semangat, ia melangkahkan kakinya menuju alamat pesantren yang tertera di poster itu.
“Permisi, assalamualaikum kak.” Tegurnya.
“Waalaikumsalam, ada apa ya?”
“Ini, saya dapat poster ini di jalan tadi, apa benar disini lagi ada lowongan pekerjaan?”
“Oh, iya iya. Sini saya antar saja ke ustadzah Aisyah, biar kakak bicara sama beliau aja.” Ucap santriwati itu yang dibalas senyuman oleh Alia.
“Assalamualaikum, ustadzah. Ini ada akhwat yang mau bekerja disini.”
“Waalaikumsalam, sini duduk dulu.” Jawab ustadzah Aisyah.
“Jadi, apa kamu ikhlas bekerja disini?” Sambungnya.
“Saya ikhlas banget, apa aja akan saya kerjakan yang penting halal.”
“Maaf tapi, sepertinya kamu ini masih sekolah ya?”
“Iya ustadzah, saya masih sekolah. Kelas tiga SMA.”
“Alasan kamu ingin bekerja?”
“Mau nyari kerja part-time terus bantuin bunda, ustadzah.”
“Maaf nak, tapi bunda kamu kerja apa?”
“Buruh angkat.” Jawaban Alia itu membuat ustadzah Aisyah merasa iba dengan gadis dihadapannya itu.
“Masya Allah anak soleha, kamu boleh kerja disini membantu Bude Murni untuk menyiapkan makanan para santriwati. Tapi kerjanya setelah sekolah ya. Ingat, sekolah kamu lebih penting. Kamu bisa bekerja mulai besok.”
“Beneran ustadzah?! Makasih banyak...” Ucap Alia yang dibalas dengan senyuman oleh ustadzah Aisyah.
“Kalau gitu saya izin pamit dulu ustadzah, takutnya bunda nyariin.”
“Hati-hati ya nak, salam untuk bunda kamu.”
“Insya Allah ustadzah, assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam.”
“Alhamdulillah udah dapet kerjaan sampingan lagi, beliin bunda red velvet cake lagi ah.” Monolognya pada dirinya sendiri saat sedang berjalan menyusuri trotoar kota.
“Kak, seperti biasa.”
“Red velvet cake satu sama Iced americano venti one,no water,no sugar,extra four shots espresso satu. Bener kan?”
“Bener banget!”
“Ditunggu ya kak.”
“Eh eh liat tuh, pantes gapernah bener ternyata mamanya aja ga bener hahaha.”
Byurrr!!!
“Hahaha kasian banget.”
“MAKSUD LO APA ANJING!” Teriak Alia saat seluruh badannya basah karena diguyur air dari lantai dua sekolahnya.
“Eh, anak beasiswa mau ngelawan lo?!”
“Kok bisa sih dia dapet beasiswa? Oh atau jangan-jangan lo nyogok donatur pake...”
“Jaga ya omongan lo! Lo kira gue bakal diem aja?Never, girl.” Ucap Alia seraya menangkup pipi Fanya dengan kuat sehingga membuat gadis itu meringis dan menghempas tangan Alia.
“Brengsek! Liat aja apa yang bakal gue lakuin.” Ucap Fanya sebelum meninggalkan Alia disana.
“Woy! Ah gue telat!”
“Al lo gapapa?” Tanya Bintang yang baru saja datang dan berlari ke arah Alia.
“Gapapa.”
“Tapi baju lo basah.”
“Nih, pake.” Ucap Gabriel yang datang entah dari mana dan memberikan jaketnya pada Alia.
“Gue ga butuh, ayo Star.”
“Sok jual mahal, padahal udah ga ada harganya.” Lirih Gabriel.
Plak!!
“COWO BRENGSEK! LO KIRA GUE GA DENGER LO BILANG APA BARUSAN HA?! SINI LO!” Saat itu juga emosi Alia meluap dan menjadi tontonan siswa siswi disana.
“Eh eh ada apa ini? Alia, kamu kenapa basah kuyup begini?”
“Kalian juga kenapa rame-rame disini? Sudah sana ke kelas masing-masing!” Ucap Dini, salah satu guru di sekolah Alia.
“Al, udah gausah didengerin. Kita ke uks aja yuk sekalian keringin baju lo.”