Hari Pertama
Untuk sebagian remaja seusianya, mungkin hari libur mereka manfaatkan untuk berlibur bersama keluarga, pacar atau teman-temannya. Namun tidak bagi gadis dengan rambut yang sedikit bergelombang itu. Ia memilih untuk bekerja di toko swalayan milik keluarga sahabatnya, Bintang.
“Buat ngeringanin beban bunda.” Katanya.
“Star! Maaf ya gue telat lima menit.” Ucapnya saat tiba di depan toko yang cukup besar dan lengkap itu.
“Gapapa, santai aja. Yuk masuk dulu, nanti gue kenalin sama pekerja yang lain.” Jawab Bintang yang dibalas anggukan oleh Alia.
“Boleh minta perhatiannya sebentar?” Ucap Bintang pada para pekerja disana.
“Kenalin ini Alia. Alia ini temen saya, dan akan bergabung untuk bekerja disini dengan kalian mulai hari ini. Tolong dibimbing ya kalau masih ada yang belum paham.” Sambungnya.
“Mohon bimbingannya ya kak.” Ucap Alia seraya menunduk dan tersenyum pada para pekerja senior disana.
“Selamat bergabung Alia.” Ucap mereka pada Alia sembari tersenyum pada gadis itu.
“Kalau gitu gue tinggal ya Al, gue harus bimbel soalnya. Nanti gue kesini lagi kok.” Kata Bintang.
“Iya, makasih ya star.”
“Santai, gue pamit ya.”
“Bye...”
Matahari sudah memerah dan mengubah warna langit sore itu menjadi sangat indah dengan cahayanya. Alia bergegas membereskan tas nya dan mengganti pakaian kerjanya dengan pakaian yang ia pakai sebelumnya.
“Kak, Alia pamit ya.” Ucapnya pada pekerja yang mengganti shift nya.
“Hati-hati ya.”
“Iya, semangat ya kak kerjanya.” Kata Alia sebelum meninggalkan tempat kerjanya itu.
Ia tersenyum dan sedikit bersenandung kecil saat berjalan di trotoar kota yang sangat ramai kala itu. Riuh kendaraan dan para pejalan kaki yang sepertinya merupakan para pekerja kantoran yang baru saja menyelesaikan pekerjaan mereka juga berlalu lalang di trotoar.
Ia memberhentikan langkahnya saat melewati sebuah cafe klasik yang menarik perhatiannya itu. Melangkahkan kakinya memasuki cafe itu dan mencium aroma khas dari roti yang baru saja selesai dipanggang.
“Wangi.” Lirihnya.
“Selamat datang kak, mau pesan apa?”
“Red velvet cake satu sama iced americano venti one,no water,no sugar,extra four shota espresso satu.” Ucap Alia pada barista tersebut.
“Kak? Ini beneran?” Tanya barista itu saat mendengar pesanan Alia.
“Iya, emangnya kenapa ya kak?”
“Ini pahit banget loh, kakak ga takut apa?”
“Gapapa, udah biasa.”
“O-oke, sebentar ya. Atas nama siapa kak?”
“Alia.”
***
“Bunda... Alia pulang.” Ucap gadis itu saat memasuki rumahnya.
“Bunda?”
“Iya! Bunda di dapur nih!” Ucap Yasmin yang sedikit berteriak saat mendengar suara anak semata wayangnya itu.
“Wangi banget! Bunda masak apa?” Tanya Alia seraya memeluk bundanya dari belakang.
“Hari ini bunda masak kangkung tumis sama jamur pedas manis kesukaan anak bunda yang cantik ini.” Jawab Yasmin seraya mengelus kepala Alia di pundaknya.
“Bunda emang bunda terbaik di dunia! Makasih bunda.” Ucap Alia dan mencium pipi Yasmin.
“Bun, aku beliin red velvet cake juga nih.”
“Wah... Makasih ya sayang. Mandi dulu gih sebelum makan, kamu bau banget.”
“Mana ada! Aku wangi gini dibilang bau.”
Yasmin tertawa kecil dan mengacak-acak rambut Alia “Iya, tapi kalau habis beraktivitas harus bersihin badan. Biar kuman-kuman ga nempel di kulit kamu.”
“Oke bunda! Aku mandi bentar ya.”
Aghh!
Lirih Yasmin saat Alia sudah tak terlihat di pandangannya lagi. Wanita itu memegang dadanya karena merasa sesak, tak lama kemudian ia merasakan sesuatu mengalir dari hidungnya. Benar saja, ia mimisan lagi.
Dengan cepat ia mencoba mengatur napasnya dan membersihkan darah yang mengalir dari hidungnya agar Alia tak melihat keadaan itu.