Bidadari

Setibanya di rumah, Alia juga dikejutkan dengan mobil Harriz yang juga sudah terparkir di garasi rumahnya.

“Dia dari mana sih?!” Batin Alia.

Gadis itu segera masuk dan mencari keberadaan Harriz. Ternyata pria itu sudah berada di ruang tv seraya memakan martabak manis rasa coklat keju yang baru saja ia beli.

“Kak, darimana aja sih?” Tanya Alia seraya duduk disamping pria itu.

“Beli martabak manis, kamu suka yang rasa coklat keju kan?” Tanya Harriz sembari tersenyum dan menawarkan sepotong martabak manis yang masih hangat itu pada Alia.

“Beli sih beli, tapi tadi muka kamu kaya lagi kerasukan reog. Aku jadi takut kamu kenapa-napa.” Ucap Alia sembari melahap martabak yang ditawarkan oleh Harriz.

“Kamu suka?”

“Suka, enak banget. Pasti belinya di mas Tejo.”

“Kurang tau, tapi tadi di tempatnya banyak yang antri.”

“Itu mas Tejo kak!!”

“Iya tidak perlu teriak, coklatnya sampai menyembur di pipi saya.” Ucap Harriz seraya membersihkan pipinya.

“Hehe maaf, btw tadi kamu liat apaan? Kok sampai segitunya?”

“Aku... Kamu bisa jelaskan? Ini... Ada... Kamu lihat sendiri. Jujur saya ingin sekali marah, tapi harus bagaimana? Itu juga bukan kemauan kamu. Sakit? Sangat sakit Alia, ketika melihat orang yang saya cintai, orang yang sangat saya jaga seperti halnya berlian telah direnggut paksa mahkotanya oleh orang asing. Saat saya melihat sikap kamu berubah beberapa waktu lalu, saya berjanji untuk memberi mencari orang yang sudah membuat kamu seperti itu, dan kemarin saya mendapatkan jawabannya. Dan orang itu sudah mendapatkan ganjaran dari perbuatannya. Kamu tidak harus menjelaskan semuanya, karena saya sudah mendapat jawabannya.” Ucap Harriz seraya menundukkan kepalanya dan memijat pelipisnya.

Namun tak lama setelah ia menjelaskan semuanya, ia mendengar isak tangis disampingnya. Dan benar saja, Alia, gadis itu sepertinya merasa bersalah sudah menutupi semua masa lalunya dari orang se sabar Harriz.

“Kak maaf ya Alia ga jujur, Alia malu dan takut untuk cerita. Alia takut kalau kakak akan benci sama Alia. Jujur, aku ternyata seberuntung itu dapetin kamu, kamu terlalu sabar kak. Alia harap kamu bisa terus membimbing Alia, untuk menjadi suami, guru, teman, ayah, sekaligus pengganti bunda.”

“Sini.” Ucap Harriz seraya merentangkan tangannya untuk memeluk Alia.

Gadis itu memeluk Harriz dengan erat. Hangat, itu yang ia rasakan saat berada dalam dekapan suaminya itu. Entah kebaikan apa dan doa apa yang pernah bundanya lakukan di masa lalu sehingga ia bisa mendapatkan suami seperti Harriz.

“Kamu pantas untuk dicintai, kamu berharga dan selamanya kamu akan menjadi wanita saya. Terlepas bagaimana masa lalu kamu, saya tidak mempermasalahkan itu karena kamu adalah bentuk dari doa-doa saya, kamu bidadari yang Allah berikan untuk saya, bidadari yang selalu saya minta di setiap sujud saya. Semua hal tentang kamu adalah candu bagi saya Alia. Senyuman kamu, candaan kamu, dan semuanya tentang kamu adalah candu. Saya memang sebahagia itu jika menyangkut kamu.” Ucap Harriz seraya mengusap punggung Alia dengan lembut dan mencium pucuk kepala gadis itu berkali-kali.

“I love you forever, Humairah.”

'Deg!!'

Jantung Alia berdetak kencang karena kalimat itu. Mungkin bisa dihitung jari untuk kalimat itu keluar dari bibir Harriz, namun setiap kali ia mengucapkannya, jantung Alia selalu berdegup kencang. Apa benar ia sudah jatuh sedalam ini pada Harriz?

“I'll always love you now, and forever too kak.” Lirih Alia.

“Malam ini kita shalat tahajjud lagi ya.” Ucap Harriz. Masih dengan posisi yang sama, mengelus punggung Alia.

“Iya.”


Malam itu, Alia dan Harriz berdoa dengan khusyuk seakan-akan tak ada yang bisa mengganggu ketenangan mereka dalam berbicara dengan Tuhannya. Kedua insan itu memiliki doanya sendiri dan mempunyai caranya sendiri saat menyampaikan semua isi hati mereka.

Selesai dengan kegiatan spiritualnya, Harriz berbaring di paha Alia dan melakukan kegiatan favoritnya, memandang wajah Alia.

Mungkin orang-orang bertanya, apa mereka belum siap untuk menjadi orang tua? Dan barangkali, mereka akan mendapatkan jawaban itu beberapa minggu kedepan. Ya malam itu adalah malam yang tak akan mereka lupakan...