AYAH
“Duh mendung…” Alia berlari menuju rumah Fanya setelah mendapat pesan bahwa laptopnya tertinggal di meja rumah Fanya.
“Assalamualaikum, permisi..” Tak mendengar jawaban dari dalam rumah itu, Alia memutuskan untuk masuk saja, ia tahu bahwa itu hal yang tak boleh dilakukan. Tapi mau bagaimana lagi, laptopnya harus ia gunakan untuk bekerja dan menyelesaikan tugas-tugas kuliahnya.
“Assalamualaikum…” Ia terus memberi salam namun tak ada yang menjawab. Ia mencari dimana keberadaan laptopnya namun tak kunjung ia temukan.
Langkahnya terhenti saat ia menemukan satu foto yang tak asing baginya tergeletak di lantai rumah itu.
“Bunda…” Lirihnya saat mengambil foto itu.
“Bunda?” Damn, itu suara papa Fany.
“Om? Ini foto bunda saya kenapa ada disini ya?”
“Kamu…Anaknya Yasmin?”
“Iya, kenapa ya om?”
Bukannya menjawab pertanyaan Alia, Fadli justru memeluk gadis itu.
“Alia humairah, anak ku…” Pria paruh baya itu menangis dipelukan Alia.
“A-anak?” Ia masih membeku dengan ucapan Fadli tadi. Anak?
“Nak, ini ayahmu. Maafin ayah ya nak maaf…”
Alia memeluk Fadli dengan erat “Ayah…”
Suaranya bergetar saat menyebut kata ‘ayah’ hari ini mengetahui bahwa Fadli adalah ayah kandungnya. Mimpi apa dia semalam?
“Bunda kamu dimana nak, ayah ingin bertemu dengan bundamu.” Tanya Fadli masih dengan suara yang bergetar, ia tak menyangka dengan apa yang ia alami hari ini.
“JAHAT! KENAPA AYAH BARU DATANG SETELAH BUNDA GAADA?!” Teriak gadis itu dan melepas pelukan Fadli.
“Maafkan ayah nak…Itu bukan kemauan ayah.” Ia tak sanggup menahan rasa sakit dalam hatinya setelah mengetahui bahwa wanita yang sangat ia cintai telah tiada.
“Maafkan ayah nak…” Tubuhnya lemas seketika dan berlutut dihadapan Alia.
“Tolong bawa ayah bertemu dengan bunda.” Ucapnya dengan suara bergetar.
“ALIA!” Teriak Fanya saat melihat apa yang terjadi di hadapannya.
“OH JADI INI YA KERJAAN LO ITU?! LO JADI SIMPENAN PAPA GUE SELAMA INI?! GA TAU MALU LO JADI CEWE!” Fanya yang hendak menampar Alia dihentikan oleh Fadli.
“Fanya! Jangan sekali kali kamu menyentuh anak saya.” Tegas Fadli.
“Anak? Pah, anak papa tuh Fanya bukan Alia!”
“Papah! Jawab!”
“Alia…Anak papa.” Jawab Fadli.
“ARGHH BOONG! PAPA BOONG!! PERGI LO!” Fanya mendorong Alia hingga ia terjatuh dan mengusirnya dari rumah itu.
“FANYA!” Bentak Fadli.
“PERGI ALIA! PERGI!!”
Alia berlari menjauh dari rumah itu tak peduli dengan laptopnya yang tertinggal di rumah itu, Fadli yang hendak mengejar Alia namun ia kehilangan jejak gadis itu. Hujan perlahan mulai turun membasahi gadis itu. Bukannya kembali ke rumahnya, ia justru pergi ke makam bundanya.
“Bunda!” Ia memeluk nisan bundanya itu dengan air mata yang bercampur dengan air hujan yang turun dengan derasnya.
Sudah beberapa menit ia masih terus menangis hingga matanya sembab “Bunda, apa benar papanya Fanya itu ayah Alia?” Suaranya bergetar saat ia bercerita.
“Apa doa Alia udah terjawab sekarang? Ayah...”
'Bruk'
Ia langsung tak sadarkan diri, disamping makam bundanya. Tanpa seorangpun mengetahuinya.
Disatu sisi, Fanya masih tak terima dengan fakta yang baru saja ia ketahui. Alia? Orang yang selama ini ia benci adalah saudaranya?
“Pah! Jawab Fanya!”
“Cukup! Sudah cukup. Perlu papa ulangi berapa kali agar kamu mengerti?”
“Papa yang bener aja dong! Alia?” Gadis itu tersenyum miris.
Fadli meninggalkan gadis itu tanpa mengucapkan satu katapun.
“Pah, sampai kapanpun Fanya gaakan menerima Alia!” Umpat gadis itu.